TABUIK PARIAMAN
Pesta Budaya Tabuik Piaman adalah perayaan lokal dalam rangka memperingati hari Asyura (10 Muharam), gugurnya Husein bin Ali, cucu nabi Muhammad Saw, yang dilakukan oleh masyarakat Minangkabau di pesisir pantai Sumatera Barat, tepatnya di Kota Pariaman. Festival ini merupakan core event pariwisata nasional dan merupakan salah satu kekayaan budaya Minangkabau.
Tidak ada catatan tertulis sejak kapan upacara tabuik mulai dikenal di Indonesia. Namun, catatan dari Snouck Hrgronje, seorang peneliti pranata Islam di masyarakat pribumi Hindia-Belanda (sekarang Indonesia) memiliki derajat kesahihan yang paling tinggi jika dibandingkan dengan berbagai versi cerita mengenai asal-usul perayaan tabuik di Pariaman. Bahwa tradisi unik yang diadakan tiap tahun pada sepuluh hari pertama bulan Muharram ini dibawa oleh para tukang yang membangun Benteng Marlborought (1718-1719) di Bengkulu. Mereka, didatangkan oleh Inggris dari Madras dan Bengali di bagian selatan India.
Jauh berbeda dengan eforia (senang berlebihan) perayaan tabuik yang identik dengan keramaian, pawai, dan berbagai atraksi tari-musik, ternyata perayaan tabuik hakikatnya sebuah ritual keagamaan penganut Syi‘ah. Bertujuan untuk memperingati peristiwa wafatnya cucu Nabi Muhammad SAW yang dibantai. Ketika Hassan bin Ali yang wafat diracun dan Husein bin Ali yang gugur dalam peperangan dengan pasukan Ubaidillah bin Zaid di padang Karbala, Iraq tanggal 10 Muharam 61 Hijrah (681 Masehi). Tubuh Husain bin Ali yang sudah wafat dirusak dengan tidak wajar.
Inti dari upacara tabuik adalah untuk mengenang upaya pemimpin Syi’ah dan kaumnya ketika mengumpulkan potongan tubuh Husein bin Ali. Penganut Syi‘ah percaya bahwa jenazah Husain bin Ali diusung ke langit menggunakan Bouraq dengan peti jenazah yang disebut tabuik di kala itu. Kendaraan Bouraq yang disimbolkan dengan wujud kuda gemuk berkepala wanita cantik (bagian utama bangunan tabuik).
Seiring berkembangnya waktu, kebiasaan itu akhirnya mengalami asimilasi dan akulturasi dengan budaya setempat, dan kemudian diwariskan dan dilembagakan menjadi apa yang kemudian dikenal dengan Pesta Budaya Tabuik Piaman yang diadakan di Pariaman
Jika awalnya upacara tabuik digunakan oleh orang-orang Madras dan Bengali yang berpaham Syi‘ah untuk mengenang gugurnya Husein bin Ali bin Abi Thalib, maka setelah terjadi pembauran budaya dengan masyarakat setempat, maka ritual berkabung itu berubah fungsi menjadi festival budaya lokal yang penuh dengan keceriaan. Diselenggarakan tidak hanya oleh garis keturunan orang-orang Madras dan Bengali. Tetapi oleh seluruh unsur masyarat sekitar.
Sebelum upacara adat tabuik dilaksanakan,dilakukan pembuatan tabuik di dua tempat, yaitu di Pasar pariaman (tabuik pasar) dan Subarang (tabuik sebarang) Kedua tempat tersebut dipisahkan oleh aliran sungai yang membelah Kota Pariaman. Ada yang unik di prosesi awal pembuatan Tabuik ini, yaitu ketika warga Pasa dan Subarang berperang, berperang dalam arti sebenarnya, bahkan sampai melukai dan menimbulkan korban akan tetapi setelah acara Tabuik selesai mereka akan berdamai kembali. Tetapi ritual yang seperti itu beberapa tahun terakhir sudah ditiadakan, dan hanya dilakukan simbolis saja.
Untuk menambah semangat para pengusung Tabuik biasanya diiringi dengan musik“Gendang Tasa”(kelompok alat musik gendang yang terbuat dari kulit kerbau, dan dimainkan pemuda beramai-ramai), kelompok yang memainkan alat musik ini bertugas mengiringi acara penyatuan tabuik (tabuik naik pangkat).
Dalam prosesi adat ini dilakukan beberapa tahapan :
Adapun prosesi yang dilaksanakan selama sepuluh hari tersebut adalah:
- Membuat daraga. Daraga adalah tempat arsitektur dan pekerjanya bekerja membuat tabuik
- Mengambil tanah.
- Manabang batang pisang
- Maatam
- Ma arak panja
- Maarak saroban
- Naik pangkek
- Hoyak tabuik
- Membuang tabuik ke laut
Yaitu, membuat semacam rumah untuk mempersiapkan tabut. Rumah ini terbuat dari bahan tradisional seperti bambu dan tambang. Daraga terlihat seperti benteng yang berbetuk segi empat dikelilingi kain putih. Ukuran daraga 5 x 5 meter.
2.Mengambil Tanah
Pada petang hari 1 Muharram digelar prosesi Maambiak Tanah yang dilakukan oleh seorang laki - laki. Laki - laki tersebut merupakan keluarga dari pengurus tabut. Ia mengenakan kain putih. Kain putih perlambang kejujuran dari kepemimpinan Husein.
Maambiak tanah atau mengambil tanah ini dilakukan oleh kedua pihak Tabuik Pasa dan Tabuik Subarang. Keduanya harus mengambil tanah dari anak sungai yang berbeda.
Maambiak tanah disimbolkan sebagai pengambilan jasad Hasan dan Husein yang mati syahid. Setelah itu, tanah dibungkus dengan kain putih sebagai simbol pengafanan terhadap kedua cucu kembar Nabi Muhammad tersebut. Tanah yang telah dibungkus kain putih diletakkan di dalam periuk untuk kemudian disimpan di daraga.
3.Menebang Pohon Pisang
Penebangan ini harus dilakukan oleh laki - laki berpakaian silat dan mempergunakan pedang yang sangat tajam agar dapat menebas sekaligus. Lantas, pohon pisang yang telah ditebang diangkut ke daraga untuk ditancapkan di sana. Hal ini sebagai perlambang perbuatan musuh - musuh Allah terhadap Hasan dan Husein.
4&5.Maarak Panja dan Maatam Panja
6.Maarak Saroban
7.Tabuik Naik Pangkek
8.Hoyak Tabuik dan Membuang tabuik ke laut
Kebudayaan Tabuik merupakan sebuah pesona budaya Pariaman dan Sumatera Barat. Ritual unik banyak ditunggu oleh wisatawan dari berbagai daerah juga mancanegara. Ini tentunya sebuah aset, bagaimana seharusnya kita menyikapinya?
sumber
http://www.padangmedia.com/4-Berita/77545-Tradisi-Tabuik-Bertahan-di-Pariaman.html
https://www.youtube.com/?hl=id&gl=ID
https://www.google.com/search?q=gandang+tasa+tabuik&es_sm=93&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ei=dKpgVOGyIo21uQTAyIDIAQ&ved=0CAgQ_AUoAQ&biw=1366&bih=610#tbm=isch&q=tabuik+&imgdii=_
No comments:
Post a Comment